Melalui video, TemanNayya sudah mengetahui bahwa bisnis dropship memiliki peluang besar bukan? Sebelum kalian menelaah lebih jauh mengenai usaha dropship, akan jauh lebih baik jika TemanNayya mengetahui terlebih dahulu berbagai jenis model bisnis e-commerce. E-commerce atau electronic commerce merupakan segala aktivitas jual beli yang dilakukan melalui media elektronik. Meskipun sarananya meliputi televisi dan telepon, kini ecommerce lebih sering terjadi melalui internet..
Menentukan model bisnis adalah hal penting sebelum merancang usaha TemanNayya. Tanpanya, TemanNayya akan kesulitan menentukan arah bisnis dan value yang ingin ditawarkan ke konsumen. Ini juga berlaku jika TemanNayya ingin menjalankan bisnis secara online. Nah, apa saja model bisnis ecommerce itu? Di artikel ini, TemanNayya akan diajak untuk mengenalinya satu per satu. Selain itu, TemanNayya juga akan mempelajari jenis-jenis metode operasi yang dapat digunakan dalam ecommerce. Dengan memahaminya, TemanNayya akan dapat menentukan cara yang paling tepat untuk menjalankan bisnis. Selamat membaca!
Berikut merupakan 4 Model Bisnis Ecommerce yang Umum dalam perdagangan online, yakni setidaknya terdapat empat model bisnis ecommerce,
- B2B (Business to Business)
- B2C (Business to Consumer)
- C2C (Consumer to Consumer)
- C2B (Consumer to Business)
Keempat model bisnis ini tentunya memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Apa saja itu? Mari bahas satu per satu.
1. B2B (Business to Business)
Sesuai namanya, perusahaan yang berjalan dalam model bisnis ecommerce ini menjual produk atau jasanya kepada badan usaha lainnya. Konsumen dalam model bisnis B2B belum tentu merupakan end user dari barang atau layanan yang dibeli. Mereka bisa saja bertindak sebagai reseller dan menjualnya kembali ke konsumen lain.
Oleh karena itu, Business to Business cenderung memiliki siklus penjualan yang panjang. Di samping itu, usaha pemasaran yang dibutuhkan untuk menarik minat konsumen B2B lebih berat dari model bisnis lainnya. Akan tetapi, keunggulan dari jenis ini adalah tingkat penjualan dan loyalitas pelanggan yang tinggi.
Perusahaan dengan model bisnis ecommerce ini biasanya menawarkan hal-hal yang tidak jauh dari inventarisasi usaha, seperti peralatan kantor, mesin pabrik, dan perlengkapan industri lainnya. Tidak hanya itu, produk dan layanan digital juga merupakan komoditas umum dalam ecommerce B2B. Contohnya adalah software dan web hosting. Perusahaan B2B Indonesia yang terkenal di antaranya adalah Electronic City dan Mbiz. Keduanya menawarkan berbagai kebutuhan elektronik industri dan rumah tangga. Bahkan, Mbiz juga menjual jasa perawatan gedung perkantoran.
2. B2C (Business to Consumer)
B2C adalah model bisnis ecommerce yang paling umum, di mana perusahaan menjual kepada konsumen end user. Berkebalikan dari B2B, model bisnis ini tidak membutuhkan usaha pemasaran yang berat. Konsumen umumnya juga tidak membutuhkan waktu lama untuk ingin membeli dari bisnis Business to Consumer.
Akan tetapi, kebanyakan konsumen B2C hanya mengecer. Selain itu, loyalitas konsumen dalam jenis ecommerce ini biasanya rendah. Seperti yang TemanNayya ketahui, perusahaan yang bergerak dalam bidang Business to Consumer menawarkan produk dan layanan beragam, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga hiburan. Contoh perusahaan B2C di Indonesia adalah Lazada dan Blibli.
3. C2C (Consumer to Consumer)
Sesama konsumen juga dapat saling jual-beli barang. Inilah yang menjadi ciri model bisnis C2C. Para pelaku bisnis Consumer to Consumer biasanya bergantung pada situs listing iklan, marketplace, dan forum untuk memasarkan barangnya. Di Indonesia, jenis ecommerce ini sering ditemukan di OLX dan Kaskus.
Bisnis C2C digandrungi karena siklus bisnis yang pendek. Konsumen pada umumnya tahu yang mereka inginkan. Oleh karena itu, pelaku model bisnis ini tidak perlu bekerja keras untuk memasarkan dagangannya. Sayangnya, model bisnis ecommerce ini tidak dapat TemanNayya sebagai sumber penghasilan utama. Selain harga barang yang terus menurun, penjual juga mudah mengalami kesulitan dalam mengontrol kualitasnya.
4. C2B (Consumer to Business)
Selain kepada sesama individu, konsumen juga dapat menjual ke bisnis atau perusahaan. Berkebalikan dengan C2C yang dagangannya berupa produk, pelaku C2B biasanya menawarkan jasa kepada konsumennya. Oleh karena itu, para pekerja freelance termasuk dalam model bisnis ini.
Pelaku model bisnis Consumer to Business biasanya memasarkan jasanya menggunakan website. Namun, tidak sedikit juga yang bergantung pada situs listing layanan. Di Indonesia, contoh situs semacam ini di antaranya adalah Upwork dan Freelancer. Meskipun pelakunya konsumen, model bisnis ecommerce ini membutuhkan usaha pemasaran yang tinggi. Ini diperlukan karena ada banyak kompetitor dan konsumen perusahaan memilih penyedia jasa dengan sangat berhati-hati.
Metode Operasi dalam Bisnis E-commerce
Meskipun model bisnis ecommerce dibagi menjadi empat jenis, metode operasinya bisa berbeda. Ini meliputi cara TemanNayya mendapatkan dagangan, pengelolaannya, dan pengiriman kepada pelanggan. Nah, di bawah ini adalah tujuh metode operasi yang dapat digunakan dalam ecommerce.
1. Shipping
Ini adalah cara yang paling umum dalam perdagangan online. TemanNayya memproduksi barang sendiri atau kulakan dari bisnis lain, lalu menjualnya melalui website marketplace. Untuk menyerahkan pesanan konsumen, TemanNayya tinggal mengemas dan memberikannya kepada jasa pengiriman yang ditentukan.
Cara ini memungkinkan TemanNayya untuk memastikan kualitas barang dan pengepakan. Namun, TemanNayya harus memiliki gudang atau tempat untuk menyimpan dagangan. Oleh karena itu, TemanNayya perlu menyiapkan modal lebih jika ingin menggunakan metode ini.
2. Dropshipping
Metode ini adalah kebalikan dari shipping. TemanNayya tetap memasarkan dan menjual produk secara mandiri. Namun, barang yang TemanNayya dagangkan diproduksi dan disimpan oleh pihak lain.
Tidak hanya itu, produsen barang juga bertanggung jawab untuk mengemas dan mengirimkan setiap pesanan yang masuk. Lebih menarik lagi, TemanNayya mendapatkan 100% keuntungan dari penjualan. Hanya saja, metode ini mengharuskan TemanNayya untuk mendaftarkan diri ke platform atau program dropshipping. Contohnya adalah Oberlo dan Dropship aja.
Untuk dapat mendaftar ke platform dropshipping, TemanNayya perlu membayar sejumlah biaya yang diberikan setiap jangka waktu tertentu. Kurang lebih seperti berlangganan sebuah jasa. Setiap platform mengatur jumlah barang yang dapat TemanNayya jual. Jumlah ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat keanggotaan yang TemanNayya miliki.
Walaupun metode penjualan ini tidak membutuhkan modal yang besar, TemanNayya tidak dapat melakukan pengecekan kualitas dagangan. Jadi, TemanNayya perlu memastikan bahwa program dropshipping yang ingin TemanNayya ikuti terpercaya.
3. Wholesale
Wholesale adalah metode berjualan secara grosir. Dengan kata lain, dagangan hanya ditawarkan dalam jumlah besar, tapi dengan harga satuan yang lebih rendah. Usaha yang melakukan cara ini umumnya menggunakan model bisnis ecommerce B2B. Akan tetapi, tidak sedikit juga bisnis ecommerce grosir yang menjual kebutuhan sehari-hari konsumen awam.
Metode wholesale memiliki keunggulan dan kekurangan yang mirip dengan shipping. Hanya saja, TemanNayya memerlukan gudang atau penyimpanan yang lebih besar untuk menyimpan dagangan dalam jumlah yang lebih besar.
4. D2C (Direct to Consumer)
Apakah TemanNayya pernah membeli produk dari toko atau website milik suatu bisnis? Jika ya, berarti TemanNayya pernah bertransaksi dengan usaha yang menggunakan metode Direct to Consumer.
Dalam arti lain, D2C adalah metode di mana perusahaan memproduksi dan mendistribusikan dagangannya sendiri. Di ranah ecommerce, metode ini dilakukan dengan website toko online. Tentunya, kondisi tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi perusahaan yang menggunakan metode D2C. Terutama jika TemanNayya memulai bisnis baru, sebab produk TemanNayya tidak dipajang di marketplace maupun toko ritel, TemanNayya perlu menginvestasikan waktu dan biaya lebih untuk memasarkannya.
Salah satunya adalah menggunakan strategi optimasi mesin pencarian (SEO) agar halaman produk dan website muncul di pencarian Google untuk kata kunci yang ditentukan. Kabar baiknya, metode Direct to Consumer menawarkan banyak keuntungan. Di bawah ini adalah beberapa di antaranya:
Bisa mendapatkan pemasukan secara utuh — Pendapatan TemanNayya dapat dimaksimalkan tanpa perlu membayar marketplace atau ritel.
Dapat mengenali tren konsumen dengan tool analytics — TemanNayya dapat menggunakan data tentang aktivitas pelanggan di toko online TemanNayya untuk bahan evaluasi.
Memungkinkan TemanNayya untuk menjual produk custom — TemanNayya dapat membantu konsumen untuk mendapatkan yang mereka inginkan dengan produk yang dapat dikustomisasi.
Memudahkan testing produk — Metode D2C membantu TemanNayya untuk menentukan produk-produk yang paling sesuai untuk konsumen. Rekomendasi artikel lain yang mungkin anda suka : toko baju anak di Bekasi.
5. Private Labeling
Memulai sebuah bisnis bukan berarti TemanNayya harus bisa memproduksi barang sendiri. Bisa jadi, TemanNayya sudah memiliki contoh produk, tapi tidak memiliki dana untuk membuatnya dalam jumlah besar.
TemanNayya dapat membuat kontrak dengan perusahaan manufaktur untuk memproduksinya. Meski demikian, produk ini tetap dijual dan didistribusikan oleh bisnis TemanNayya. Inilah yang disebut private labeling. Selain dropshipping, ini adalah metode bisnis lain yang cocok apabila TemanNayya belum memiliki modal besar untuk produksi mandiri.
6. White Labeling
White labeling mirip dengan private labeling. Akan tetapi, TemanNayya tidak meminta sebuah produsen untuk memproduksi barang yang TemanNayya desain. Melainkan, TemanNayya bekerjasama dengan perusahaan yang menawarkan white labeling untuk satu atau lebih produknya. Kemudian, TemanNayya mendesain sendiri kemasan dan brandnya sebelum didistribusikan.
Cara ini juga dapat TemanNayya gunakan untuk memulai berbisnis dengan modal yang tidak begitu besar. Namun, TemanNayya harus pintar memilih jenis produk dan perusahaan yang menawarkannya. Ada dua kriteria yang perlu TemanNayya perhatikan sebelum memutuskan untuk menjalankan metode ini:
Pikirkan jenis produk yang memang diminati banyak konsumen. Jika tidak, TemanNayya sendiri yang rugi.
Setiap perusahaan menawarkan biaya white labeling yang berbeda. Oleh karena itu, TemanNayya perlu menimbang-nimbang pilihan terlebih dahulu.
7. Subscription atau Langganan
Seperti yang dapat TemanNayya tebak, subscription adalah metode di mana sebuah bisnis menjual layanan berlangganan produk. Konsumennya akan mendapatkan satu atau lebih jenis produk dalam interval tertentu. Sebagai contoh, satu bulan sekali karena menyerupai layanan berlangganan, bisnis yang menggunakan metode ini biasanya dapat memiliki penghasilan yang lebih konstan.
Walau demikian, metode subscription hanya sesuai untuk beberapa industri. Pada umumnya, produk kesehatan, kecantikan, dan makanan adalah jenis komoditas yang laku jika dijual dengan cara ini.